Jumat, 13 November 2009

Ujung Pelangi

Pasangan pernikahan yang serasi itu tidak berarti di dalam rumah tangganya bebas dari pertengkaran; justru ada orang bilang pertengkaran itu merupakan bumbu di dalam keluarga, asalkan tidak ringan tangan, artinya tidak memakai pukul memukul. Itulah sebabnya diperlukan hikmat untuk menempatkan pertengkaran itu pada situasi dan kondisi yang tepat. Ada seorang rekan saya menganjurkan bahwa apabila suami isteri bertengkar harus diperhatikan fokus dan konteks persoalannya, jangan mencampuri hal-hal yang di luar konteks, jadi konsisten pada topiknya. Misalnya : kalau yang dipermasalahkan adalah masalah A jangan mengungkit-ungkit masalah B apalagi masalah B itu sudah terjadi tiga bulan yang lalu, itu artinya di luar konteks.

Kadang hanya karena komunikasi yang berhenti, salah pengertian, cemburu buta, telah menciptakan reaksi yang menggemparkan, hal semacam ini harus diwaspadai oleh keluarga-keluarga. Saya coba menawarkan sebuah akronim untuk menggambarkan tentang cinta kasih seorang cowok terhadap cewek dan sebaliknya. Dengan singkatnya jadikan pasangan anda itu the F-I-R-S-T.

1. F = Faith
2. I = Inisiatif
3. R = Relationship
4. S = Sharing
5. T = Talking

F = Faith
Jurus ini mau tidak mau dikeluarkan juga, soalnya kalau seseorang asal comot mencari pacar, cukup sulit juga nantinya. Apalagi dari tadi kita udah bilang orang yang pacaran itu bukan suatu kegiatan mainan, sebab risikonya cukup besar, buktinya ada yang stress, depresi berat dan bunuh diri gara-gara pacaran. Nah, pilihlah yang beriman, artinya yang takut akan Tuhan. Seorang yang memiliki pacara yang takut Tuhan bakal aman, sebab ia bakal dipercaya walaupun berpisah lama. Namun bukan itu tujuannya, yang paling penting kalau imannya sungguh-sungguh pada Tuhan, maka segala persoalan hidupnya bakal ada jalan keluar, walaupun prosesnya tidak lancer.

I = Inisiatif
Inisiatif itu penting, sebab mereka yang berpacaran tidak sedang berpacaran dengan patung, yang dihadapi adalah manusia yang hidup memiliki akal pikiran dan perasaan. Yang dimaksud dengan inisistif di sini adalah satu dengan pasangannya senantisa berusaha menjadi yang terbaik bagi pasangannya. Tidak memerlukan aba-aba atau keluhan, setiap kebutuhan yang diperlukan oleh pasangannya sudah dipantau jauh-jauh hari dan selalu berusaha untuk membantunya memperlengkapi dan mencukupi apa yang dibutuhkan. Bayangkan saja kalau si cowok dan cewek slaing memperhatikan, pastilah tidak ada tempat untuk menerima perhatian dari luar. Namun seandainya satu dengan yang lain tanpa inisiatif sama sekali, tentunya merka bakal mendapat perhatian dari yang lain, inilah yang sering kali menjadi penyebab tersayatnya cinta kasih itu, yang paling penting adalah kalau ada kekeliruan harus dijelaskan dari hati ke hati, bukan dengan kemarahan yang tidak terkontrol.

Pada zaman dinasti T'ang; tersebutlah seorang pemuda yang bernama Wang III. Ia merupakan seorang pemuda desa yang bodoh. Suatu hari istrinya menyuruh Wang III membeli sebuah sisir. Karena takut sang suami lupa maka ia menunjuk bulan yang berbentuk sabit di langit dan berkata, "Belikan aku sebuah sisir, tetapi bentuknya harus sama seperti bulan itu."

Beberapa hari kemudian, tibalah bulan purnama. Wang III ingat kembali apa yang di pesan sang istri. Maka iapun pergi membeli sebuah cermin yang berbentuk bulat sesuai dengan bentuk bulan.

Ketika sang istri melihat cermin itu, betapa kagetnya dia dan cemburu, lalu ia berlari pulang ke rumah orang tuanya dan berkata, "Suami saya rupanya sudah main serong dengan seorang perempuan lain". Sang ibu mertua melihat ke cermin dan sambil mengeluh kemudian berkata, "Seharusnya ia memilih seorang wanita yang muda! Mengapa ia mengambil perempuan yang tua dan jelek ini?"

Ketika seseorang merasa pasangan anda kurang berinisiatif untuk memperhatikannya, bahkan sekarang perhatiannya ditujukan pada orang lain, maka perlu diselesaikan dari hati ke hati, tidak seperti cerita di atas yang cara penyelesaiannya dengan membabi buta.

R = Relationship
Menjalin hubungan termasuk yang sangat penting juga dalam pacaran, sebab melalui relasi ini, satu dengan yang lain dapat saling mengenal lebih dalam lagi. Agak sulit kalau pada jaman dulu orang berpacaran dengan jarak jauh, selain jaraknya jauh, merka juga tidak ada terjalin hubungan. Jadi boleh dibilang satu dengan yang lain tidak saling kenal. Nah, yang saling kenal ini kemudian bakal menikah, dan mereka hidup di dalam satu atap. Latar belakang keluarga, pendidikan, karakter, sifat dan sebagainya semua beda, maka tidak heran kalau ada perang dunia.

S = Sharing
Yang namanya berbagi menuntut sikap memberikan diri dan juga mendengarkan pasangan anda, tatkala menjalani hidup bersama semestinya kita peka terhadap pasangan tersebut. Selain itu juga penuh pengertian memahami orang lain. Pada waktu berpacaran yang kita temukan adalah segala kebaikan, namun apabila sudah menikah keburukan itu muncul. Mulai dari yang negatif, ketidak rapian, kurang tertib, jorok dan sebagainya. Itu sebabnya ada orang mengatakan kepada kita apabila belum nikah bukalah mata lebar-lebar, namun setelah menikah mesti tutup sebelah mata.

Berbagi juga berarti saling menanggung kesulitan atau persoalan, sehingga tercipta adanya saling pengertian. Kita yang berasal dari keluarga, latar belakang yang berbeda, tradisi yang tidak sama, apabila hendak dipersatukan tentu menimbulkan berbagai kesulitan, untuk itu dibutuhkan saling pengertian, dan saling mengalah; sungguh indahnya pacaran yang demikian.

T = Talking
Saling berkomunikasi sangat penting di dalam hubungan suami isteri. Kehidupan di dunia yang begitu keras yang mengharuskan suami-isteri bekerja, sering kali kita kehilangan komunikasi. Sewaktu berpacaran mungkin berkomunikasi via telpon berjam-jam tidak masalah, surat menyurat sampai panjang lebar dan segudang, namun setelah menikah hal itu tidak kita lakukan lagi. Komunikasi dipentingkan selain menjaga kita agar tetap dekat, kita juga akan tetap memperhatikan satu dengan yang lain.

Kegagalan di dalam komunikasi ditandai dengan seringnya menghindari diri berkomunikasi, misalnya trauma kalau nanti ngomong jadi bertengkar atau menyakiti hati, lalu pacarannya menjadi ngajak nonton, ngajak jalan dan makan-makan. Sehingga akhirnya sudah berpacaran bertahun-tahunpun tidak sanggup mengenal lebih dalam tentang pasangannya. Masalahnya akan menjadi besar tatkala merka bermaksud menikah, waktu itu kebobrokan masing-masing baru terbongkar.

Sebenarnya Komunikasi itu tidak harus melalui kata-kata, kadang senyum, gerakan, peragaan dan sebagainya termasuk komunikai. Seorang cewek yang pada waktu cuci piring kedengarannmya seperti dibanting, kita tahu dia lagi emosi, nah kalau sadar lagi emosi, maka harus cepat-cepat mengendalikan diri. Pakailah pikiran yang diberikan Tuhan untuk menguasai emosi kita, jangan terbalik, sehingga emosi yang menguasai pikiran kita.

Seorang suami yang baru selesai bertengkar dengan isterinya memutuskan untuk tidak mau saling menyapa. Pagi-pagi sang suami telah berangkat ke kantor dan sekarang dilakukan tanpa pamit pada isterinya. Malam sehabis makan, ia langsung masuk ke kamar dan tidur, demikian yang dilakukan suami setiap hari. Sementara itu isterinya juga tidak mau menyapa suaminya, baginya yang penting ia sudah menyediakan makanan untuk suaminya, dan itu sudah cukup.

Suatu malam, karena keesokan harinya, si suami harus berangkat ke kantor lebih pagi, maka ia cepat-cepat pergi tidur. Namun sebelumnya, ia terlebih dahulu menulis di secarik kertas satu kalimat yang berbunyi "Ma, besok pagi jam 05.00 bangunkan saya ya..." Salam Papa. Lalu ia meletakkannya di atas meja dan tertidurlah pulas.

Keesokan paginya, si suami bangun jam 08.00, itu berarti ia terlambat tiga jam. Ia marah sekali, sebab isterinya tidak membangunkan dia. Tetapi ketika ia turun dari tempat tidur, ia melihat secarik kertas, tetapi bukan tulisannya yang kemarin, melainkan tulisan isterinya yang berbunyi "Pa, pa bangun, sekarang sudah jam 05.00, nanti engkau terlambat? Salam Mama. Dari cerita di atas, kita dapat memetik pelajaran bahwa, gengsi, telah berakibat fatal.

Seandainya kita komitmen untuk menjadikan pasangan kita the FIRST, maka satau dengan yang lain tidak perlu saling ngotot, bayangkan saja kalau satu dengan yang lain saling mengalah. Jika anda punya pacar saat ini, yakinkan dia juga mebaca tulisan ini, sehingga adanya keseimbangan, anda tidak hanya mempraktekkannya sendirian, pasangan anda juga mempraktekkannya. Sungguh asyik pacaran bukan !

Pasangan pernikahan yang serasi itu tidak berarti di dalam rumah tangganya bebas dari pertengkaran; justru ada orang bilang pertengkaran itu merupakan bumbu di dalam keluarga, asalkan tidak ringan tangan, artinya tidak memakai pukul memukul. Itulah sebabnya diperlukan hikmat untuk menempatkan pertengkaran itu pada situasi dan kondisi yang tepat. Ada seorang rekan saya menganjurkan bahwa apabila suami isteri bertengkar harus diperhatikan fokus dan konteks persoalannya, jangan mencampuri hal-hal yang di luar konteks, jadi konsisten pada topiknya. Misalnya : kalau yang dipermasalahkan adalah masalah A jangan mengungkit-ungkit masalah B apalagi masalah B itu sudah terjadi tiga bulan yang lalu, itu artinya di luar konteks.

Kadang hanya karena komunikasi yang berhenti, salah pengertian, cemburu buta, telah menciptakan reaksi yang menggemparkan, hal semacam ini harus diwaspadai oleh keluarga-keluarga Kristen. Saya coba menawarkan sebuah akronim untuk menggambarkan tentang cinta kasih seorang cowok terhadap cewek dan sebaliknya. Dengan singkatnya jadikan pasangan anda itu the F-I-R-S-T.

1. F = Faith
2. I = Inisiatif
3. R = Relationship
4. S = Sharing
5. T = Talking

F = Faith
Jurus ini mau tidak mau dikeluarkan juga, soalnya kalau seseorang asal comot mencari pacar, cukup sulit juga nantinya. Apalagi dari tadi kita udah bilang orang yang pacaran itu bukan suatu kegiatan mainan, sebab risikonya cukup besar, buktinya ada yang stress, depresi berat dan bunuh diri gara-gara pacaran. Nah, pilihlah yang beriman, artinya yang takut akan Tuhan. Seorang yang memiliki pacara yang takut Tuhan bakal aman, sebab ia bakal dipercaya walaupun berpisah lama. Namun bukan itu tujuannya, yang paling penting kalau imannya sungguh-sungguh pada Tuhan, maka segala persoalan hidupnya bakal ada jalan keluar, walaupun prosesnya tidak lancer.

I = Inisiatif
Inisiatif itu penting, sebab mereka yang berpacaran tidak sedang berpacaran dengan patung, yang dihadapi adalah manusia yang hidup memiliki akal pikiran dan perasaan. Yang dimaksud dengan inisistif di sini adalah satu dengan pasangannya senantisa berusaha menjadi yang terbaik bagi pasangannya. Tidak memerlukan aba-aba atau keluhan, setiap kebutuhan yang diperlukan oleh pasangannya sudah dipantau jauh-jauh hari dan selalu berusaha untuk membantunya memperlengkapi dan mencukupi apa yang dibutuhkan. Bayangkan saja kalau si cowok dan cewek slaing memperhatikan, pastilah tidak ada tempat untuk menerima perhatian dari luar. Namun seandainya satu dengan yang lain tanpa inisiatif sama sekali, tentunya merka bakal mendapat perhatian dari yang lain, inilah yang sering kali menjadi penyebab tersayatnya cinta kasih itu, yang paling penting adalah kalau ada kekeliruan harus dijelaskan dari hati ke hati, bukan dengan kemarahan yang tidak terkontrol.

Pada zaman dinasti T'ang; tersebutlah seorang pemuda yang bernama Wang III. Ia merupakan seorang pemuda desa yang bodoh. Suatu hari istrinya menyuruh Wang III membeli sebuah sisir. Karena takut sang suami lupa maka ia menunjuk bulan yang berbentuk sabit di langit dan berkata, "Belikan aku sebuah sisir, tetapi bentuknya harus sama seperti bulan itu."

Beberapa hari kemudian, tibalah bulan purnama. Wang III ingat kembali apa yang di pesan sang istri. Maka iapun pergi membeli sebuah cermin yang berbentuk bulat sesuai dengan bentuk bulan.

Ketika sang istri melihat cermin itu, betapa kagetnya dia dan cemburu, lalu ia berlari pulang ke rumah orang tuanya dan berkata, "Suami saya rupanya sudah main serong dengan seorang perempuan lain". Sang ibu mertua melihat ke cermin dan sambil mengeluh kemudian berkata, "Seharusnya ia memilih seorang wanita yang muda! Mengapa ia mengambil perempuan yang tua dan jelek ini?"

Ketika seseorang merasa pasangan anda kurang berinisiatif untuk memperhatikannya, bahkan sekarang perhatiannya ditujukan pada orang lain, maka perlu diselesaikan dari hati ke hati, tidak seperti cerita di atas yang cara penyelesaiannya dengan membabi buta.

R = Relationship
Menjalin hubungan termasuk yang sangat penting juga dalam pacaran, sebab melalui relasi ini, satu dengan yang lain dapat saling mengenal lebih dalam lagi. Agak sulit kalau pada jaman dulu orang berpacaran dengan jarak jauh, selain jaraknya jauh, merka juga tidak ada terjalin hubungan. Jadi boleh dibilang satu dengan yang lain tidak saling kenal. Nah, yang saling kenal ini kemudian bakal menikah, dan mereka hidup di dalam satu atap. Latar belakang keluarga, pendidikan, karakter, sifat dan sebagainya semua beda, maka tidak heran kalau ada perang dunia.

S = Sharing
Yang namanya berbagi menuntut sikap memberikan diri dan juga mendengarkan pasangan anda, tatkala menjalani hidup bersama semestinya kita peka terhadap pasangan tersebut. Selain itu juga penuh pengertian memahami orang lain. Pada waktu berpacaran yang kita temukan adalah segala kebaikan, namun apabila sudah menikah keburukan itu muncul. Mulai dari yang negatif, ketidak rapian, kurang tertib, jorok dan sebagainya. Itu sebabnya ada orang mengatakan kepada kita apabila belum nikah bukalah mata lebar-lebar, namun setelah menikah mesti tutup sebelah mata.

Berbagi juga berarti saling menanggung kesulitan atau persoalan, sehingga tercipta adanya saling pengertian. Kita yang berasal dari keluarga, latar belakang yang berbeda, tradisi yang tidak sama, apabila hendak dipersatukan tentu menimbulkan berbagai kesulitan, untuk itu dibutuhkan saling pengertian, dan saling mengalah; sungguh indahnya pacaran yang demikian.

T = Talking
Saling berkomunikasi sangat penting di dalam hubungan suami isteri. Kehidupan di dunia yang begitu keras yang mengharuskan suami-isteri bekerja, sering kali kita kehilangan komunikasi. Sewaktu berpacaran mungkin berkomunikasi via telpon berjam-jam tidak masalah, surat menyurat sampai panjang lebar dan segudang, namun setelah menikah hal itu tidak kita lakukan lagi. Komunikasi dipentingkan selain menjaga kita agar tetap dekat, kita juga akan tetap memperhatikan satu dengan yang lain.

Kegagalan di dalam komunikasi ditandai dengan seringnya menghindari diri berkomunikasi, misalnya trauma kalau nanti ngomong jadi bertengkar atau menyakiti hati, lalu pacarannya menjadi ngajak nonton, ngajak jalan dan makan-makan. Sehingga akhirnya sudah berpacaran bertahun-tahunpun tidak sanggup mengenal lebih dalam tentang pasangannya. Masalahnya akan menjadi besar tatkala merka bermaksud menikah, waktu itu kebobrokan masing-masing baru terbongkar.

Sebenarnya Komunikasi itu tidak harus melalui kata-kata, kadang senyum, gerakan, peragaan dan sebagainya termasuk komunikai. Seorang cewek yang pada waktu cuci piring kedengarannmya seperti dibanting, kita tahu dia lagi emosi, nah kalau sadar lagi emosi, maka harus cepat-cepat mengendalikan diri. Pakailah pikiran yang diberikan Tuhan untuk menguasai emosi kita, jangan terbalik, sehingga emosi yang menguasai pikiran kita.

Seorang suami yang baru selesai bertengkar dengan isterinya memutuskan untuk tidak mau saling menyapa. Pagi-pagi sang suami telah berangkat ke kantor dan sekarang dilakukan tanpa pamit pada isterinya. Malam sehabis makan, ia langsung masuk ke kamar dan tidur, demikian yang dilakukan suami setiap hari. Sementara itu isterinya juga tidak mau menyapa suaminya, baginya yang penting ia sudah menyediakan makanan untuk suaminya, dan itu sudah cukup.

Suatu malam, karena keesokan harinya, si suami harus berangkat ke kantor lebih pagi, maka ia cepat-cepat pergi tidur. Namun sebelumnya, ia terlebih dahulu menulis di secarik kertas satu kalimat yang berbunyi "Ma, besok pagi jam 05.00 bangunkan saya ya..." Salam Papa. Lalu ia meletakkannya di atas meja dan tertidurlah pulas.

Keesokan paginya, si suami bangun jam 08.00, itu berarti ia terlambat tiga jam. Ia marah sekali, sebab isterinya tidak membangunkan dia. Tetapi ketika ia turun dari tempat tidur, ia melihat secarik kertas, tetapi bukan tulisannya yang kemarin, melainkan tulisan isterinya yang berbunyi "Pa, pa bangun, sekarang sudah jam 05.00, nanti engkau terlambat? Salam Mama. Dari cerita di atas, kita dapat memetik pelajaran bahwa, gengsi, telah berakibat fatal.

Seandainya kita komitmen untuk menjadikan pasangan kita the FIRST, maka satau dengan yang lain tidak perlu saling ngotot, bayangkan saja kalau satu dengan yang lain saling mengalah. Jika anda punya pacar saat ini, yakinkan dia juga mebaca tulisan ini, sehingga adanya keseimbangan, anda tidak hanya mempraktekkannya sendirian, pasangan anda juga mempraktekkannya. Sungguh asyik pacaran bukan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar